إِنَّ الَّذِيْنَ آَمَنُوا وَالَّذِيْنَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِيْنَ مَنْ آَمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَاهُمْ يَحْزَنُوْنَ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, kaum Yahudi, kaum Nashara dan kaum Shabi'in, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir serta beramal shalih maka bagi mereka pahala mereka di hadapan Pemelihara mereka, tidaklah mereka tertimpa ketakutan dan mereka tidak bersedih." (QS. Al-Baqarah : 62)
Dalam rangka mempromosikan teologi pluralis, berikut ini sebagian pernyataan koalisi Liberal:
- Ulil Abshar Abdalla, "Jadi Islam bukan yang paling benar." (Mj. Gatra, 21 Des 2002), "Semua agama adalah benar.... Semua agama ada dalam satu keluarga besar yang sama." (Kompas, 18 Nov 2002).
- Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, "Jika semua agama memang benar sendiri, penting diyakini bahwa surga Tuhan yang satu itu sendiri terdiri banyak pintu dan kamar. Tiap pintu adalah jalan pemeluk tiap agama memasuki kamar surganya." (A. Munir Mulkhan, Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar, hlm. 44).
- Budhy Munawar Rahman, menulis dalam makalahnya yang berjudul "Basis Teologi Persaudaraan Antar Agama" (hlm. 51-53), "Konsep teologi semacam ini memberikan legitimasi kepada 'kebenaran semua agama', bahkan pemeluk agama pun layak disebut sebagai 'orang yang beriman', dengan makna 'orang yang percaya dan menaruh percaya kepada Tuhan'. Karena itu, sesuai Qs. 49: 10-12, mereka semua adalah bersaudara dalam iman."
BANTAHAN
Perlu diketahui terlebih dahulu, bahwa selain Qs. Al-Baqarah ayat 62, ada beberapa ayat lain yang diputar-putar kaum liberal untuk menyatakan bahwa pengikut agama lain juga akan menerima pahala dan kasih Allah dan menduduki derajat yang tinggi, diantaranya; Qs. Al-Baqarah: 121, Ali Imran: 113-115 dan 119, Al-Maidah: 69 dan Al-A'raf: 170.
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, As-Sady berkata: ayat ini (al-Baqarah: 62) diturunkan berkenaan dengan teman-teman Salman Al-Farisi, ketika Salman menceritakan keadaan teman-temannya kepada Nabi saw., "Mereka berpuasa, mereka melaksanakan ibadah dan mereka beriman kepadamu, mereka bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah." Setelah Salman memuji prilaku baik mereka, Nabi bersabda, "Wahai Salman, mereka semua termasuk ahli Neraka." Salamn pun gelisah. Kemudian turunlah ayat di atas sebagai penjelas perkara ini.
Adapun imannya orang-orang Yahudi adalah mereka yang beriman kepada Taurat dan mengikuti sunnah Nabi Musa as. sampai datang Nabi Isa as. setelah Nabi Isa as. datang, bila pengikut Nabi Musa tidak meninggalkan Taurat dan tidak beralih untuk mengikuti Nabi Isa, maka orang Yahudi itu akan binasa (diadzab). Dan imannya orang-orang Nashara adalah mereka yang beriman kepada Injil dan mengikuti syariat Nabi Isa as. sampai datang Nabi Muhammad saw. Setelah Nabi Muhammad saw. datang, bila pengikut Nabi Isa itu tidak meninggalkan Injil dan tidak beralih untuk mengikuti Nabi Muhammad saw., maka orang Nashara itu akan binasa (diadzab).
Dalam kitab Tafsir Aisarut Tafasir disebutkan bahwa Keimanan yang shahih tidaklah sempurna kecuali dengan beriman kepada Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad saw. dan pelaksanaan amal shalih tidak dianggap benar kecuali harus sesuai dengan tuntunan dari Nabi Muhammad saw.
Kitab-kitab Tafsir di atas menjelaskan bahwa jaminan pahala dan surga dalam ayat-ayat yang dijadikan argumen kaum liberal di atas, itu diberikan kepada semua orang yang bertakwa, beriman kepada Allah dan Hari Akhir serta meninggalkan semua larangan Allah, meninggalkan dosa dan maksiat yang mengundang murka Allah. Berikut konsekuensi iman dan takwa pada Allah, diantaranya; mengakui kerasulan Nabi Muhammad saw. dan mengikuti dan mengamalkan syariat yang dibawa Nabi Muhammad saw. yang tercantum dalam Al-Qur'an maupun melalui sabda-sabda beliau. Bagi orang Nashara, mereka harus menolak doktrin kristen bahwa Yesus adalah penjelmaan Allah (Qs. Al-Ma'dah: 116-117). Menolak doktrin bahwa kematian Yesus di tiang salib sebagai penebusan dosa (Qs. An-Nisa': 157). Dan meyakini bahwa misi Nabi Isa as. khusus untuk Bani Israil (Qs. Ali Imran: 49 dan Qs. Az-Zukhruf: 59).
Selain itu, Allah swt. berfirman tentang KEBENARAN Islam dan KEBATILAN agama lain:
إِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللهِ الْإِسْلَلمُ وَمَا اخْتَلَفَ الذِّيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآَيَاتِ اللهِ فَإِنَّ اللهَ سَرِيعُ الْحِسَابَ
"Sesungguhnya aturan di hadapan Allah adalah Al-Islam. Dan tidaklah orang-orang yang diberi kitab (Yahudi dan Nashara) oti berselisih kecuali setelah datang kepada mereka ilmu karena rasa hasad di atara mereka. Barang siapa yang kufur kepada ayat-ayat Allah sesungguhnya Allah itu Maha cepat siksanya." (Qs. Ali Imran: 19)
Asy-Syaukani menyebutkan bahwa setelah diutusnya Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul, kebanyakan Ahli Kitab berselisih dan meragukan akan nubuahnya, sehingga mereka kufur dan enggan untuk mengikutinya. Ibnu Katsir menegaskan dalam tafsir ayat ini, bahwa barangsiapa yang bertemu Allah setelah diutusnya Muhammad saw. sedang dia masih dalam aturan selain syariat yang dibawa beliau, maka amalannya tidaklah diterima.
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Dan barangsiapa yang menjadikan aturan selain Al-Islam maka tidak akan diterima darinya sedangkan di Akhirat kelak ia termasuk dalam golongan orang yang merugi." (Qs. Ali Imran: 85)
Dengan demikian, jelaslah bahwa hanya Islam yang benar dan hanya ajaran Nabi Muhammad yang diterima. Dan bualan mereka tentang pluralisme agama berdasarkan ayat 62 Qs. Al- Baqarah itu tidak dapat diterima karena pengertian ayat itu sudah jelas, alias tidak seperti yang mereka katakan.